PT KONTAKPERKASA FUTURES - Harga emas masih melemah pada perdagangan tengah hari ini dan masuk pada hari ketiga secara berturut-turut. Katalis yang menyeret emas datang dari kenaikan dolar Amerika Serikat (AS) yang merusak daya tarik logam mulai.
Selasa (15/6) pukul 11.45 WIB, harga emas spot turun 0,1% menjadi US$ 1.864,82 per ons troi, setelah jatuh ke level terendah sejak 17 Mei di US$ 1.843,99 per ons troi pada sesi sebelumnya.
Serupa, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus juga melemah 0,1% ke level US$ 1.866,70 per ons troi.
"Penguatan dolar AS membebani harga emas. Secara teknis, emas telah menembus level suport utama dan tampaknya memasuki tren bearish," jelas Margaret Yang, ahli strategi di DailyFX.
"Tampaknya ada lonjakan permintaan untuk fasilitas reverse repo The Fed, yang menunjukkan bahwa kondisi likuid di pasar cukup. Ini berarti bahwa pasar mungkin siap untuk menahan kantong skala bertahap dari pembelian aset Fed," lanjut Yang.
PT KP Press - Saat ini, dolar bertahan di dekat level tertinggi satu bulan terhadap para pesaingnya. Ini membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Investor pun masih menanti hasil pertemuan FOMC yang akan berakhir Rabu (16/6). Hampir 60% ekonom dalam jajak pendapat Reuters mengatakan pengumuman taper yang sangat dinanti akan datang pada kuartal berikutnya.
Sementara itu, data penjualan ritel bulanan AS akan dirilis di kemudian hari juga menjadi perhatian pelaku pasar di pekan ini.
Data terbaru menunjukkan lonjakan harga konsumen AS telah menguntungkan emas karena dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
"Ekspektasi tinggi bahwa The Fed tidak akan mengubah naskah risalah, tetapi perbaikan pasar tenaga kerja baru-baru ini dan angka inflasi yang lebih tinggi meningkatkan risiko bahwa Fed akan kurang dovish," ujar Avtar Sandu, Senior Commodities Manager Phillip Futures, dalam sebuah catatan.
Harga emas spot menguji ulang level suport di US$ 1.842 per ons troi, penembusan di bawahnya dapat menyebabkan penurunan ke US$ 1.825, jelas analis teknikal Reuters Wang Tao.
Sumber : kontan.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar