Sabtu, 28 November 2020

PT Kontak Perkasa Futures Bandung

PT Kontak Perkasa Futures Bandung


WTI gagal tembus US$ 45 per barel, harga minyak tergelincir potensi banjir pasokan

Posted: 26 Nov 2020 06:00 PM PST


PT KP PRESS - Harga minyak tergelincir dari level tertinggi dalam tujuh bulan pada penutupan perdagangan Kamis (26/11). Sentimen yang menyeret harga minyak datang karena tanda-tanda peningkatan pasokan yang akhirnya menghentikan reli yang didorong oleh optimisme bahwa vaksin Covid-19 akan menghidupkan kembali permintaan bahan bakar.

KONTAK PERKASA FUTURES - Sebelum ditutup melemah, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2021 hampir menyentuh US$ 50 per barel setelah tiga perusahaan farmasi besar mengumumkan kemajuan vaksin yang dapat mulai diluncurkan sebelum akhir tahun. Namun, akhirnya Brent ditutup turun 81 sen atau 1,7%, ke level US$ 47,80 per barel. Kontrak tersebut naik sekitar 1,6% di sesi sebelumnya.

PT KONTAK PERKASA - Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga turun 72 sen atau 1,6% jadi US$ 44,99 per barel. Padahal di Rabu (25/11), WTI naik 1,8%. "Meskipun sejumlah fundamental kuat menggalang pasar, terutama pengembangan vaksin yang mendukung minyak, kekhawatiran bearish tetap ada," kata Avtar Sandu, Senior Commodities Manager Phillip Futures.

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Penguncian karena pandemi Covid-19 yang terus memburuk, meningkatnya jumlah rig yang dipekerjakan di Amerika Serikat (AS) dan peningkatan produksi dari Libya adalah faktor yang menaikkan risiko bagi harga minyak mentah. 

Sementara itu, Presiden terpilih AS Joe Biden telah mendesak orang-orang untuk melupakan pertemuan keluarga besar, mengenakan masker dan menjaga jarak sosial untuk liburan Thanksgiving. Tetapi warga AS memilih menentang permintaan tersebut dan berpergian selama libur akhir pekan ini.

Amerika Serikat sendiri sudah mencatat 2,3 juta infeksi baru dalam dua minggu terakhir. Sementara permintaan bahan bakar telah turun dengan putaran kedua penguncian, ketidakpatuhan telah diterjemahkan ke dalam penurunan permintaan Eropa yang lebih kecil dari yang diharapkan, kata Rystad Energy.

"Pembatasan yang saat ini diberlakukan di Eropa - seandainya dipatuhi secara luas - seharusnya mengakibatkan penurunan aktivitas 20% hingga 30%. Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan oleh pengukuran waktu nyata kami, kami mengamati penurunan hanya sekitar 12%," Rystad berkata dalam sebuah catatan. Investor juga menunggu pertemuan OPEC minggu depan. 

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia cenderung menunda peningkatan produksi minyak yang direncanakan tahun depan untuk membantu pasar mengatasi gelombang kedua COVID-19 dan peningkatan produksi Libya, tiga sumber yang dekat dengan OPEC+ mengatakan.

"Besok pedagang akan mulai memposisikan diri untuk pertemuan OPEC+ minggu depan. Konsensus di antara para analis adalah perpanjangan tiga bulan dari batas saat ini, apa pun yang kurang dari itu akan memicu aksi jual tajam," kata Tamas Varga, analis di PVM Oil Associates 

Source : kontan.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar