Kamis, 25 November 2021

Harga minyak ditutup turun tipis, pelapasan cadangan strategis dipertanyakan

 


PT KP PRESS - Harga minyak mentah ditutup stabil dengan kecenderungan melemah karena investor mempertanyakan efektivitas dari pelepasan cadangan strategis minyak yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dan mengalihkan fokus ke bagaimana produsen akan merespons.

KONTAK PERKASA FUTURES - Rabu (24/11), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2022 ditutup turun 0,07% ke US$ 82,25 per barel.

PT KONTAK PERKASA - Sementara, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2022 juga turun 0,14% menjadi US$ 78,39 per barel.

PT KONTAKPERKASA FUTURES - Sentimen bagi harga minyak masih datang dari rencana AS melepaskan jutaan barel minyak dari cadangan strategis. Negeri Paman Sam itu berkoordinasi dengan China, India, Korea Selatan, Jepang dan Inggris guna mencoba mendinginkan harga setelah OPEC+ mengabaikan seruan untuk memompa lebih banyak minyak ke pasar.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Jepang Koichi Hagiuda mengatakan, pihaknya akan melepaskan "beberapa ratus ribu kiloliter" minyak dari cadangan nasionalnya. Namun hingga saat ini, Jepang belum memutuskan waktu rilis cadangan strategis tersebut.

Di sisi lain Kepala International Energy Agency mengatakan, beberapa negara belum mengambil posisi membantu dalam hal mendinginkan harga minyak dan gas ini. Dia menambahkan, tidak cukup pasokan mencapai konsumen.

Analis mengatakan, efek rencana AS dan sekutu pada harga minyak kemungkinan akan berumur pendek setelah bertahun-tahun penurunan investasi dan pemulihan global yang kuat dari pandemi Covid-19.

Rilis terkoordinasi tersebut dapat menambah sekitar 70 juta hingga 80 juta barel pasokan minyak mentah. Analis Goldman Sachs menilai, jumlah itu lebih kecil dari yang telah ditentukan pasar yakni lebih dari 100 juta barel.

"Pada model penetapan harga kami, pelepasan seperti itu akan bernilai kurang dari US$ 2 per barel, secara signifikan kurang dari penjualan US$ 8 per barel yang terjadi sejak akhir Oktober," kata Goldman Sachs dalam catatan berjudul "a drop in the ocean".

JPMorgan Global Commodities Research mengatakan, dampak apapun pada harga minyak dari pelepasan minyak mentah mungkin tidak akan bertahan lama. Pialang juga memperkirakan permintaan minyak global akan melampaui level 2019 pada Maret 2022.

Sementara perhatian sekarang telah beralih ke bagaimana OPEC dan sekutunya akan bereaksi terhadap rilis cadangan bersama tersebut. Sumber Reuters mengatakan, kelompok itu tidak membahas penghentian sementara peningkatan produksi minyak untuk saat ini.

Kelompok itu akan mengadakan dua pertemuan minggu depan untuk menetapkan kebijakan, kata sumber.

Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA, bilang, langkah untuk memanfaatkan penyimpanan adalah "keajaiban sekali dan pasar merespons dengan tepat".

Dari AS, Energy Information Administration (EIA) melaporkan, stok minyak mentah AS naik 1 juta barel di pekan lalu. Realisasi ini berbanding terbalik dengan ekspektasi analis untuk penurunan 481.000 barel.

Stok minyak mentah AS di Cadangan Minyak Strategis juga turun pada pekan yang berakhir 19 November, menjadi 604,5 juta barel, terendah sejak Juni 2003.

"Sementara persediaan minyak mentah dibangun sebesar 1 juta barel, persediaan minyak mentah di Cadangan Minyak Strategis turun 1,6 juta barel dan seiring dengan berlanjutnya penurunan persediaan produk, saya pikir ini mendukung harga," ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.

Jumlah rig minyak AS yang aktif naik enam menjadi 467 minggu ini, tertinggi sejak April 2020, karena harga minyak mentah yang lebih tinggi telah mendorong beberapa pengebor untuk kembali ke sumur.

Harga juga dipengaruhi oleh infeksi virus corona yang memecahkan rekor di beberapa bagian Eropa, mendorong pembatasan baru pada pergerakan. 

 

 

 

 

Sumber : kontan.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar